Wajahmu tak Secantik Hatimu

Tiada hasrat untuk mengucap namamu lagi saat aku melihat kamu menerjam jantung hati ini. Tiada menyadarikah kamu saat rasa sakit yang kamu sayat di dada ini menghancurkan harapan terbesar dalam hidupku. Kenyataan yang pahit harus aku telan meski dengan pengorbananku yang ternyata kamu anggap sebagai angin. Angin yang berhembus sebentar dan pergi entah kemana. Aku baru menyadari sekarang ternyata dibalik bidadari terdapat iblis jahanam yang siap menerjang mereka yang mempunyai ketulusan akan kasih sayang. Aku kecewa atas semua sikapmu yang kamu perlihatkan secara nyata di depan mataku. Bukan cuma sekali ini tapi kamu melakukannya berulang kali tanpa merasa bersalah. Perasaanku yang berbunga saat itu sekarang menjadi api membara penuh kekecewaan yang teramat dalam. Rasa sakit yang kamu buat didada ini membekas dalam, entah kapan luka ini akan hilang. Janji-janji yang terlontar lewat mulut manismu semuanya palsu. Bak pisau tajam yang cantik tapi sungguh sangat menyakitkan. Hati ini hancur olehmu, hati ini menjadi hitam olehmu, hati ini menjadi batu olehmu, hati ini menjadi karam olemu. Tiada terkira kamu yang begitu baik dimataku, dimata keluargaku, dimata teman-temanku tapi ternyata semua itu hanya akal bulusmu saja, semua bohong dan semua itu omong kosong. Sungguh mengecewakan sikapmu terhadapku, tiada terampuni, tiada termaafkan.. Aku menyesal telah menilaimu sempurna, sempurna di mataku, di mata keluargaku dan di mata teman-temanku. Aku berharap tidak akan mengenalmu lagi untuk jangka waktu yang panjang. Aku kecewa dan berharap semoga kamu lekas sadar agar kamu bisa menjalani kehidupan tanpa siksaan batin yang mungkin kamu alami karena perbuatanmu sendiri.

Salatiga, 8 desember 2009

pria yang tersakiti